Remaja dan Narkoba 
Ada
 tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba 
di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak
 penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan 
penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada 
anak-anak.  Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan 
narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan
 komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah.  Kelompok dukungan 
dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan.
Apa itu Narkoba ???
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain 
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah 
napza yang merupakan singkatan dari 
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
 Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok 
zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya.
Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang 
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau 
obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalah 
gunakan diantaranya dengan pemakaian yang telah diluar batas dosis / 
over dossis. 
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh 
akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika
 disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi 
sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU) untuk 
penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan
 UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.
Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan Remaja
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat 
hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari 
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar 
narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat 
pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa 
membuat para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran 
narkoba yang begitu meraja rela. 
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit
 kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun 
dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus 
narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah 
penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. 
Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu 
menjauhi Narkoba.
 
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba
 oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 
12.305.  Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan 
meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan 
anak-anak, penyebaran HIV/AIDS  semakin meningkat dan mengancam. 
Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai 
mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup
 zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam 
lintingan tembakaunya.
Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba 
masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan 
Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, 
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan 
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat 
lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari 
narkoba masih jauh dari harapan.  
Di Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu
 narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya 
usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, 
pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya 
dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal 
yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, 
pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke 
dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. 
Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
Dampak Negatif Penyalahgunaan Narkoba
Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar) adalah sebagai berikut:
- Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
 
- sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
 
- Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
 
- Sering menguap, mengantuk, dan malas,
 
- tidak memedulikan kesehatan diri,
 
- Suka mencuri untuk membeli narkoba.
 
- Menyebabkan Kegilaan, Pranoid bahkan Kematian !
 
 
Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah 
seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua 
pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan 
aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti 
narkoba di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan 
keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua 
memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan 
narkoba pada anak-anak.  Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap
 penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka
 menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah.  
Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering 
digunakan. 
Kedua, dengan menekankan secara jelas kebijakan tidak pada narkoba.  
Mengirimkan pesan yang jelas tidak menggunakan membutuhkan konsistensi 
sekolah-sekolah untuk menjelaskan bahwa narkoba itu salah dan mendorong 
kegiatan-kegiatan anti narkoba di sekolah. Untuk anak sekolah harus 
diberikan penjelasan yang terus-menerus diulang bahwa narkoba tidak 
hanya membahayakan kesehatan fisik dan emosi namun juga kesempatan 
mereka untuk bisa terus belajar, mengoptimalkan potensi akademik dan 
kehidupan yang layak.   
Terakhir, meningkatkan kepercayaan antara orang dewasa dan anak-anak.  
Pendekatan ini mempromosikan kesempatan yang lebih besar bagi interaksi 
personal antara orang dewasa dan remaja, dengan demikian mendorong orang
 dewasa menjadi model yang lebih berpengaruh. 
Oleh sebab itu, mulai saat ini pendidik, pengajar, dan orang tua, harus 
sigap serta waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat 
menjerat anak-anak sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari
 kita jaga dan awasi anak didik dari bahaya narkoba tersebut, sehingga 
harapan untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang 
akan datang dapat terealisasikan dengan baik.                                                                                                                    
 
                                                                                                                                                                                                                             sumber : Umu Chosiyah